Arti penting anak bagi masyarakat Jawa
Masyarakat Jawa mempunyai pandangan bahwa "anak sempalaning awak, mukti saka anak, mati saka anak". Dari pandangan ini menunjukkan bahwa anak merupakan bagian utama dari keluarga yang menyebabkan kemuliaan maupun kesengsaraan. Tujuan utama dari perkawinan adalah keinginan mempunyai anak. Segala bentuk perbuatan, keberadaan, keberhasilan, dan kegagalan dari anak akan membawa dampak terhadap orang tua. Kehadiran anak dalam keluarga antara lain mempunyai fungsi memberi ketentraman keluarga, mengukuhkan kedudukan seorang ibu, dan secara ekonomis membantu pekerjaan rumah tangga keluarga.
Usaha mendapatkan keturunan
Demikian pentingnya kehadiran anak dalam masyarakat Jawa, sehingga bagi keluarga yang tidak mempunyai keturunan, mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan keturunan dengan berbagai cara. Banyak cara yang ditempuh untuk mendapat keturunan diantaranya, meminta jampi - jampi pada paranormal, tapa brata, dan ada pula yang mengadopsi anak pungut. Kebiasaan seperti ini juga terungkap di dalam pertunjukkan wayang. Ketika Drupada ingin mempunyai seorang anak ia akan melakukan tapa brata, ketika Adirata belum di karuniai anak ia mengambil Karna sebagai anak pungut. Sempani yang sudah tua dan belum juga mempunyai keturunan melakukan tapa brata sampai ia mendapatkan Jayadrata.
Upacara pitonan/mitoni
salah satu adat istiadat budaya jawa yang terkait dengan proses kehamilan adalah upacara mitoni. Upacara mitoni yaitu upacara selametan janin ketika sudah berumur tujuh bulan. Upacara mitoni dalam budaya jawa diyakini dapat menangkal mara bahaya dan mendatangkan keselamatan. Hal ini sesuai dengan pandangan homo religious. Saat bayi berada dalam kandungan selama tujuh bulan akan dianggap sebagai fase yang gawat, karena disejajarkan dengan proses pembetulan dunia baru. Dunia individu bayi yang dikandung dipandang sebagai dunia kecil atau mikrokosmos yang sedang terbentuk. Di dalam dunia baru ini kondisinya masih sangat labil. Oleh karena itu, perlu diadakan upacara mitoni sebagai sarana agar dunia baru yang terbentuk dapat selamat, termasuk sang ibu yang sedang mengandung tersebut . Upacara seperti ini juga terungkap di dalam lakon lahiran seperti lahirnya Setyaki yang diawali dengan upacara mitoni. Untuk sarana upacara tersebut Dewi Warsini meminta syarat untuk menaiki harimau putih. Lahirnya Gatotkaca juga diawali upacara mitoni. Dewi Arimbi juga berkeinginan untuk menaiki kebo wulung ( versi Ki Mujaka Jakaraharja Alm. ).
0 Komentar