Lakon sebagai sarana solidaritas sosial
Penampilan lakon lahiran dalam rangkaian upacara dapat memicu hadirnya masyarakat lingkungan untuk datang ke tempat orang yang mempunyai hajat. Diantara mereka terjadi interaksi dengan perannya masing - masing seperti contohnya sebagai among tamu, rewang, maupun tamu. Mereka terlibat langsung dalam peristiwa hajatan tersebut. Keterlibatannya didasarkan atas prinsip moral dan kode etik bersama. Meskipun prinsip ini tidak mengandung sanksi formal, tetapi pada umumnya anggota masyarakat takut mengabaikan karena takut terkena sanksi sosial seperti dikucilkan dari pergaulan atau timbulnya perasaan malu. Selain itu, ada yang terlibat secara tidak langsung seperti penonton dan penjual makanan. Keterlibatan mereka baik yang langsung maupun tidak langsung merupakan wujud dari solidaritas sosial.
Lakon lahiran sebagai simbol status
Penampilan lakon lahiran dalam rangkaian upacara tersebut tentu membutuhkan pembiayaan yang cukup besar. Apalagi jika dalang yang di undang adalah dalang yang sudah terkenal dan honornya tinggi. Tuan rumah rela mengeluarkan dana besar untuk pertunjukkan wayang tidak semata hanya untuk upacara itu sendiri tetapi, secara tidak langsung juga bermaksud untuk menambah wibawa di mata masyarakat. Dengan demikian akan banyak masyarakat yang mengangkat status sang tuan rumah.
Lakon lahiran sebagai tontonan
Selain mempunyai fungsi sebagai simbol status seperti halnya seni pertunjukkan pada umumnya, lakon lahiran juga berfungsi sebagai tontonan. Penampilan lakon lahiran ini tidak semata - mata hanya untuk ditonton saja. Tetapi, penonton juga bisa meminta lagu/request ataupun menyanyi secara langsung. Dengan demikian akan memberikan hiburan dan mendekatkan wayang kepada para generasi muda.
0 Komentar