Kaitan Lakon dengan Sosio - kultural
pertunjukan wayang sebagaiman senai pada umumnya mempunyai dua aspek yakni aspek estetis yang kreatif dan kehidupan sosial. Nilai artistik dari seni ( termasuk pertunjukan wayang ) bukan merupakan suatu yang mandiri, tetapi selalu berakar kuat dalam nilai kehidupan sosial masyarakat. Dalam hubungan pada nilai kehidupan sosial, seni pertunjukkan merupakan penyaring dari pengalaman kolektif serta sebagai ungkapan berbagai permasalahan masyarakatnya. Hal merupakan konsekuensi logis kenyataan bahwa dalang juga merupakan anggota masyarakat yang hidup ditengah lingkungan apapun dengan berbagai situasinya. Pada umumnya dalang dan seniman tidak hidup mandiri tetapi selalu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan masyarakat maupun lingkungannya. Oleh sebab itu segala permasalahan yang ada di dalam lingkungan budayanya akan terserap sebagai pengalaman jiwa. Hubungan demikianlah yang akhirnya mempengaruhi semua karya dalang maupun seniman. Secara sadar maupun tidak sadar dalang dan seniman akan menginterpretasikan dan mengungkapkan pengalaman yang di dapat dari masyarakat itu ke dalam semua karyanya.
Hubungan situasi ini memberikan petunjuk bahwa lakon pedalangan akan mengungkapkan permasalahan masyarakatnya. Diantaranya adalah hakekat hidup manusia, hubungan sosial tujuan hidup seseorang, adat istiadat, nilai norma sosial, pandangan hidup, dan masih banyak lagi ( tentang fungsi sosial sosio drama lihat Sartono 1987:167-175). Hubungan dengan kehidupan sosial masyarakat juga ditampilkan pada lakon pedalangan yang secara garis besarnya mengacu pada kehidupan manusia sejak dalam kandungan, lahir, hidup mandiri, dan pada akhirnya meninggal. Menurut pandangan budaya jawa dan agama pada umumnya, kelahiran, kehidupan, dan kematian merupakan rahasia illahi yang sama sekali tidak di ketahui oleh manusia. Ada ungkapan : panjang pendeke yuswa, pastining jodho, tibaning kamulyan yekti manungsa datan ngrawuhi, merupakan petunjuk keterbatasan manusia dihadapan sang maha kuasa. Kapan manusia dilahirkan dan kapan manusia meninggal, siapa jodohnya, serta kapan kemulyaan hidup yang dicapai semua itu merupakan rahasia Tuhan. Manusia hanya tinggal menerima, manungsa datan wenang milih lan nampik kahanan kang dadi garising kodrat jidharing papesten.
0 Komentar