Pembahasan seluk beluk dalam lakon lahiran akan dikemukakan peristiwa yang terkait dengan kelahiran tokoh baru, terutama difokuskan pada proses kehamilan dan kelahiran. Dalam proses kehamilan akan disinggung peristiwa ngidam, sedangkan dalam peristiwa kelahiran akan dibahas pula ujud atau bentuk bayi yang dilahirkan serta perannya dalam penyelesaian permasalahan lakon.
*) Proses kehamilan
Terjadinya kehamilan dalam lakon wayang berbeda dengan manusia seperti biasa. Sedikitnya ada empat motif kehamilan : pertama melalui hubungan seksual antara lain laki - laki dan perempuan. kedua, akibat membaca mantra tertentu ( Kunti ibu Karna hamil setelah membaca mantra ). ketiga, karena memakan benda tertentu ( Anjani ibu Anoman hamil setelah memakan daun jati Melela ), keempat, karena dirasuki roh (Dwihasta).
Motif kehamilan secara wajar sebagaimana layaknya manusia tentu disebabkan adanya hubungan seksual antara laki - laki dan perempuan. hubungan dua lawan jenis ini terdapat empat ragam :
1.) Kedua insan tokoh wayang itu memang sudah terjalin sebagai suami istri. Lakon Lahiran dengan proses kehamilan seperti ini diantaranya, Lahire Wisanggeni ( Ki Anom Suroto 1992 ), Palasara Lahir, Pandu Lahir ( Mangkunegara VII 1978a:14-23 ), Puntadewa Lahir, Suyadana Lahir, Bima Bungkus ( Mangkunegara VII 1987b:31-52 ), Antasena Lahir, Gatotkaca Lahir (Mangkunegara VII 1987b:35-45 ), Premadi Lahir ( Naryacarita 1993 ), dan Parikesit Lahir ( Pringgasutoto 1993 ).
2.) Hubungan seksual dilakukan sebelum diresmikan menjadi suami istri misalnya seperti lakon Lahire Dasamuka.
3.) Hubungan seksual dilakukan dengan cara nyidra resmi, tokoh laki-laki beralih rupa menjadi suami tokoh perempuan misalnya, lakon Lahire Kangsa, Prabu Gorawangsa berhasil menggauli Dewi Maerah karena ia beralih rupa menjadi Prabu Basudewa.
4.) Hubungan suami istri di luar perkawinan misalnya seperti lakon Lahire Udawa dan Lahire Larasati.
Motif kehamilan yang tidak melalui hubungan seksual, ada dua ragam yaitu akibat membaca mantra dan dirasuki sukma. Kehamilan akibat membaca mantra tertentu hanya terdapat di dalam satu lakon satu lakon yaitu lakon Lahire Karna Basusena. Kunti Talibranata setelah berguru kepada Begawan Druwasa ia diberi mantra Pangendaming Dewa. Kunti mencoba melafalkan mantra itu dengan Hangesti kepada Batara Surya. Setelah itu ia hamil, yang akhirnya melahirkan Karna Basusena atau Surya Putra. Kasus kehamilan tidak melalui seksual juga terjadi dalam lakon Lahire Dwihasta. Ibu Dwihasta hamil bukan karena hubungan seksual tetapi dalam rahimnya dirasuki sukma dari Begawan Dwihasta ( Naryacarita 1993 ).
Motif kehamilan akibat memakan benda tertentu juga terdapat di dalam lakon Lahire Anoman dan Lahire Abiyasa. Dalam lakon Lahire Anoman, Ibu Anoman yaitu Anjani yang sedang bertapa dengan meniru tingkah laku katak di telaga Madirda tidak akan memakan apapun kalau tidak ada barang yang jatuh di lidahnya. Pada waktu tertentu, daun jati ( Jatimalela ) yang jatuh di lidahnya terdapat tetesan sperma Bathara Guru. Setelah memakan daun itu Anjani menjadi hamil ( Pringgasutoto 1993 ). Peristiwa ini memiliki kemiripan dengan lakon yang terjadi di dalam lakon Lahire Abiyasa. Dua ekor ikan dan seekor kepiting yang tidak sengaja menelan sperma Palasara yang hanyut di sungai yang akhirnya menjadi hamil, kemudian lahirlah Kencaka, Kencarupa, dan Rajamala.
0 Komentar