Sayembara dalam lakon perkawinan diajukan sebagai persyaratan pernikahan. Karena pria melamar calon pengantin wanita tidak hanya satu. Calon atau pihak pengantin wanita merasa sangat sulit untuk menerima calon pengantin pria yang akan dipilih, dan juga untuk menghindari terjadinya perang antar negara yang dapat menyebabkan banyak korban.
Oleh karena itu, diadakan suatu sayembara terbuka yang dapat diikuti oleh siapapun. Barang siapa yang dapat memenangkan sayembara tersebut, dialah yang berhak mempersunting wanita tersebut. Bentuk sayembara dalam lakon perkawinan kurang lebih ada tiga macam yaitu :
1.) Adu kesaktian
- Perang sayembara melawan seseorang ataupun beberapa tokoh yang ditunjuk oleh pihak calon pengantin wanita misalnya lakon Alap - alapan Sukeksi, Alap - alapan Drupadi dan Alap - alapan Amba.
- Melakukan tindakan yang memperlukan kesaktian misalnya menthang langkap atau menarik busur sakti dalam lakon Rabine Rama dan Rabine Puntadewa, beradu kecepatan melarikan kereta dalam lakon Bahuka ( Nala Damayanti ).
2.) Menjelaskan suatu ilmu tertentu kepada ayah dan calon pengantin wanita yakni dalam lakon Alap - alapan Sukeksi. Ilmu yang dipersyaratkan dalam lakon ini adalah ilmu kesempurnaan hidup, dalam bahasa Jawa disebut ngilmu kasampurnan yakni Sastrajendra Hayuningrat.
Dalam lakon Kresna Kembang juga tersirat adanya persyaratan menjawab teka - teki tetapi, tidak termasuk dalam kelompok ini. Dikarenakan persyaratan itu hanya berlaku pada satu orang yaitu Durna. Hal ini dilakukan Dewi Rukmini sebagai usaha untuk menolak lamarannya.
3.) Pilihan calon pengantin wanita untuk menentukan calon suami. Hal ini terdapat pada lakon Kunthi Pilih dan Sawitri.
Pandangan budaya Jawa yang tersirat dalam lakon perkawinan ada beberapa motif diantaranya nilai kesatriaan, kemuliaan di hari akhir, dan emansipasi wanita.
Motif Balas Jasa
Lakon perkawinan motif balas jasa menunjukkan bahwa terjadinya perkawinan antara seorang tokoh pria dengan wanita karena tokoh pria, baik secara pribadi maupun diwakilkan orang lain. Tokoh pria telah berjasa menyelamatkan suatu tempat tertentu dari musuh. Hal ini terdapat dalan lakon Sakri Rabi, Arya Prabu Rabi, Sugriwa Krama, dan Rabine Udawa.
Motif balas jasa mencerminkan pandangan budaya masyarakat Jawa yang berkaitan dengan ungkapan lumuh kepotangan budine liyan dan sapa nandhur mesti bakal ngunduh. Dari aspek sosial dapat dijelaskan bahwa bagaimana konsep biaya dan imbalan.
0 Komentar