SELUK BELUK DALAM LAKON LAHIRAN


 *) Kelahiran

     Dalam lakon wayang ada dua ragam kelahiran janin dari kandungan ibunya yaitu lahir secara wajar dan tidak wajar. Kelahiran wajar adalah kelahiran yang seperti layaknya manusia yang melalui kelamin ibunya, sedangkan yang tidak wajar adalah sebaliknya yang tidak melalui kelamin ibunya. 

1.) Kelahiran secara wajar

     Kelahiran secara wajar melalui jenis kelamin ibu ada dua macam yaitu yang langsung lahir berwujud bayi dan tidak berupa bayi. Bayi yang lahir secara wajar dan langsung berwujud bayi seperti contoh adalah kelahiran Basudewa, Anoman, Pandu, Puntadewa, dan Setyaki. Sedangkan yang tidak langsung seperti misalnya adalah Suyudana dan Bima. Dalam lakon Lahire Suyudana yang lahir dari rahim Gendari adalah ketuba atau biasa disebut kawah, segumpal darah dan tembuni atau ari - ari. Selanjutnya setelah sinishikara oleh Abiyasa kawah berubah menjadi bayi Suyudana, darah menjadi sembilan puluh delapan Kurawa, sedangkan ari - ari menjadi Dewi Dursilawati ( Mangkunegara VII 1987b:39-45 ). Kelahiran Bima tidak langsung berwujud bayi tetapi berupa bayi yang terbungkus kulit seperti bola besar. Ragam lainnya adalah kelahiran secara wajar tetapi bayi yang dilahirkan wujudnya tidak wajar, seperti misalnya Dasamuka. Dasamuka lahir dengan kepala berjumlah sepuluh ditambah dengan lengan dua puluh ( Tristuti 1983:58-60 ). Dan Gatotkaca yang lahir dengan tali pusar yang tidak dipotong dengan senjata tajam apapun. 

2.) Kelahiran secara tidak wajar

     Kelahiran bayi secara tidak wajar ataupun tidak melalui jenis kelamin sang ibu adalah Karna. Bayi Karna atau Suryaputra lahir dari lubang telinga ibunya yaitu Kunti. Ketika kandungan Kunti sudah mencapai masanya ( 9 bulan 10 hari ), Basudewa meminta pertanggung jawaban Begawan Druwasa yang dianggap sebagai penyebab Kunti yang tidak lain adalah adiknya mengalami kehamilan. Atas desakan Basudewa itu, Druwasa berusaha membantu melahirkan bayi dari kandungan Kunti tanpa melalui alat kelaminnya, sehingga Kunti masih bisa dipastikan perawan. Akhirnya, berkat kesaktian Druwasa sang bayi dapat keluar melalui lubang telinganya, sehingga bayi tersebut diberi nama Basukarna, Karna, ataupun Karna Basusena. Pada saat kelahirannya Karna sudah memakai anting sebagai tanda bahwa Karna adalah anak dari Bathara Surya, maka ia nama lain yaitu Suryaputra. Adapun bayi yang lahir sudah memakai busana yaitu bayi Bima atau Bratasena. Ketika Bima masih dalam bungkus ia sudah diberi busana lengkap oleh Bathara Bayu sebagai tanda bahwa Bratasena adalah murid dari Bathara Bayu. Maka sejak saat itu juga ia juga mempunyai nama Bayuputra yang artinya pinundhut putra Bathara Bayu. 

Posting Komentar

0 Komentar