1.) Peristiwa perkawinan ( rabine ) selalu diikuti dengan nama tokoh. Misalnya, Rabine Wisnu, Rabine Abiyasa, Rabine Palarasa, Rabine Sakri, Rabine Premadi, Rabine Pandu, dan Rabine Abimanyu. Tidak Hanya itu saja. Lakon Rabine bisa juga disebut Alap - alapan ataupun perebutan. Ada beberapa tokoh yang memakai judul alap - alapan. Seperti misalnya, Alap - alapan Sukeksi, Alap - alapan Drupadi, dan Alap - alapan Setyaboma. Kata rabine indentik dengan karakter tokoh laki - laki. Sedangkan perempuan selalu diikuti kata alap - alapan.
2.) Nama tokoh diikuti dengan kata kerja seperti rabi, krama, maling, dan pilih. Berikut ini ada judul yang memakai kata kerja rabi misalnya, Kurupati Rabi. Ada juga lakon yang menggunakan kata krama contohnya Pandhu Krama dan Parta Krama. Ada yang menggunakan kata maling seperti misalnya, Narayana Maling dan Suryatmaja Maling. Sedangkan yang menggunakkan kata kerja pilih salah satunya adalah Kunthi Pilih. Sebagaimana yang tercantum pada ragam pertama, kata rabi, krama, atau maling selalu mengikuti nama seorang tokoh pria, sedangkan kata pilih mengikuti mengikuti nama tokoh perempuan.
3.) Nama dua orang tokoh seperti Suryatmaja Surtikanthi ataupun nama jenis hewan dan jenis pekerjaan seperti Gajah Putih Srati Putri.
Dari beberapa variasi judul lakon perkawinan tersebut dapat diungkapkan adanya tujuan yaitu :
a) Memberi gambaran yang jelas tentang peristiwa yang akan dijalani oleh tokoh wayang contohnya, Rabine Basudewa, Rabine Kurupati dan masih banyak lagi.
b) Menghargai tokoh wayang yang berkarakter baik, patut diteladani, dan menjadi idola masyarakat misalnya Pandu Krama, Wisnu Krama, dan Parta Krama.
c) Membuat judul agar terlihat lebih puitis misalnya Kurupati Rabi, Suryatmaja Surtikanthi, dan Gajah Putih Srati Putri.
d) Memperhalus kesan karakter tokoh yang melakukan tindakan contohnya Narayana Maling digantikan dengan Kresna Kembang.
Diantara judul lakon perkawinan hanya sedikit yang menyebut nama tokoh wanita yang diberi predikat pilih dan berawalan dengan kata alap - alapan. Dengan demikian tokoh wayang pria jauh lebih banyak yang disebut dalam judul lakon daripada tokoh wanita.
Hal ini ternyata masih terkait erat dengan pandangan tradisi jawa bahwa perempuan itu swarga nunut neraka katut yang berarti wanita sangat bergantung kepada pria. Wanita disebut sebagai garwa (sigarane jiwa) dari kata grha - wa yang berarti selalu berada di rumah. Walaupun ada judul lakon perkawinan yang menunjukkan adanya unsur emansipasi wanita seperti Kunthi Pilih tetapi, lakon ini hanya satu diantara puluhan judul lakon perkawinan yang ada.
0 Komentar